Peran Manajemen Komunikasi Dalam Mengoptimalkan Dakwah
Ditulis Oleh :
Ahmad Fauzan
A. Pendahuluan
Dakwah merupakan pekerjaan mengomunikasikan pesan Islam kepada manusia. Secara lebih operasional, dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitif yang rumusannya bisa diambil dari al-Qur`an – Hadits, atau dirumuskan oleh da`i, sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya. Dakwah ditujukan kepada manusia, sementara manusia bukan hanya teliga dan mata tetapi makhluk yang berjiwa, yang berfikir dan merasa, yang bisa menerima dan bisa menolak sesuai dengan persepsinya terhadap dakwah yang diterima.
Sebagai peristiwa komunikasi, aktivitas dakwah dapat menimbulkan berbagai peristiwa di tengah masyarakat, peristiwa yang harmoni, yang menegangkan, yang kontroversial, bisa juga melahirkan berbagai pemikiran, baik pemikiran yang moderat maupun yang ekstrem, yang sederhana maupun yang rumit, yang parsial maupun yang konprehensif.
Untuk itu, dalam komunikasi perlu adanya pengaturan-pengaturan, agar bisa lebih efisien serta produktif dalam prosesnya. Tentunya hal ini perlu adanya gabungan atau kombinasi antara manajemen dengan komunikasi itu sendiri, sehingga hasilnya nanti bisa menjadi produk yang komprehensip dan tepat sasaran.
Mengingat peran manajemen komunikasi ini sangat berpengaruh terhadap proses dakwah agar visi dan misi dakwah tersebut bisa menjadi optimal, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang Peran Manajemen Komunikasi Dalam Mengoptimalkan Dakwah.
B. Pembahasan
Manajemen komunikasi dalam kontek pembahasan ini bisa didefinisikan dengan mengatur proses mengiriman pesan terhadap objek yang dituju.[1]
Sedangkan definisi dakwah para ulama berbeda pendapat dalam menentukan dan mendefinisikan dakwah, tapi penulis cenderung setuju dengan pendapat Abu al-Futuh yang dikutib oleh Faizah, bahwa dakwah adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan dan mengajarkan serta mempraktikkan ajaran Islam di dalam kehidupan sehari-hari.[2]
Akan tetapi, sebelum komunikasi dapat terjadi, perlu diungkap suatu maksud sebagai pesan untuk disampaikan. Maksud itu bergerak antara suatu sumber (pengirim) dan penerima. Pesan itu dikodekan (diubah ke dalam bentuk simbolis) dan diteruskan oleh suatu medium (saluran) kepada penerima, yang menguraikan kode pesan yang diawali oleh pengirim. Sehingga hasilnya adalah suatu pentransferan makna dari satu orang ke orang lain.
Sedang kondisi yang mempengaruhi pesan terkode yaitu, keterampilan, sikap, pengetahuan, dan sistem sosial dan budaya.[3] Sebelum di bahas lebih jauh penulis akan memulai dengan unsur-unsur komunikasi.
- Unsur-unsur komunikasi
Adapun unsur-unsur dalam komunikasi adalah sebagai berikut:[4]
a. Pengirim pesan / berita (komunikator)
Pengirim pesan dalam kontek dakwah adalah seorang da`i yang sudah membekali diri dengan ilmu dan amal serta wawasan yang luas.
b. Pesan / berita (materi)
Materi atau pesan dalam dakwah bisa diambil dari al-Qur`an, hadits, serta interpretasi para ulama atas kedua dalil naqli tersebut. Baik dengan cara deduksi maupun induksi.
Pesan tersebut bisa ditunjukkan dalam bentuk verbal (bahasa) atau bentuk nonverbal (nonbahasa) .
1). Media pengiriman pesan
Media merupakan sebuah instrumen atau alat untuk menyapaikan pesan tersebut baik secara atau dengan cara yang lain, contoh seperti majalah, koran, VCD, TV, dll.
2). Penerima pesan (pembaca, pendengar dll.)
Penerima pesan adalah objek dari dakwah tersebut, yang mana dalam proses dakwah seringkali disebut dengan mad`u.
2. Model proses komunikasi
Kemudian unsur-unsur di atas bisa di frame dengan model komunikasi seperti di bawah ini:[5]
![]() |
Pesan

Sehingga jika frame di atas dikombinasi dengan unsur-unsur dakwah, maka akan menghasilkan mapping (pemetaan)nya seperti di bawah ini.[6]
![]() |


| |||
![]() |
Pesan merupakan suatu produk fisik yang sebenarnya dari pengkodean sumber. Bila kita bicara, pembicaraan itulah pesan. Bila kita menulis, tulisan itulah pesan. Bila kita melukis, lukisan itulah pesan. Bila kita melakukan gerakan isyarat (gesture), gerakan lengan, ungkapan pada wajah kita, itulah pesannya. Pesan kita dipengaruhi oleh kode atau kelompok simbol yang kita gunakan untuk mentranser makna, isi dari pesan itu sendiri dan keputusan yang kita ambil dalam memilih dan menata kode dan isi.
Saluran (channel) adalah medium lewat mana pesan itu berjalan. Medium dipilih oleh sumber yang harus menentukan saluran mana yang formal dan mana yang informal.
Penerima merupakan sasaran arah pesan itu. Tetapi sebelum pesan dapat diterima, simbol-simbol harus diterjemahkan ke dalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima. Inilah pengkodean pesan. Tepat seperti pengkode dibatasi oleh si keterampilan, sikap, pengetahuan, dan sistem sosial – budayanya, begitu juga si penerima. Seperti halnya sumber harus terampil dalam menulis atau berbicara, penerima harus terampil dalam membaca atau mendengarkan, dan keduanya harus mampu bernalar. Pengetahuan, sikap, dan latar belakang budaya seseorang tidak hanya mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima, melainkan juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengirim.
Tahap terakhir dalam proses komunikasi adalah gelung umpan balik. Jika sumber komunikasi mendekodekan pesan yang dia kodekan, jika pesan itu ikembalikan ke dalam sistemnya, kita memperoleh umpan balik. Umpan bailk merupakan pengecekan mengenai seberapa suksesnya kita dalam mentranfer pesan seperti semula. Umpan balik menentukan apakah pesan itu telah dipahami atau tidak.
3. Manajemen komunikasi dalam proses dakwah
Berbicara tentang manajemen, tidak akan terlepas dari fungsi manajemen itu sendiri yaitu perencanaan, pengornanisasian, pelaksanaan dan pengawasan. oleh karena itu dalam manajemen komunikasi juga terdapat empat (4) fungsi tersebut yaitu.
- Pereancanan
Proses perencanan ini merupakan sebuah diskursus untuk menentukan visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi untuk dikoordinasikan ke suluruh elemen organisasi.
- Pengorganisasian
Dalam pengorganisasian tetap akan berpijak pada konsep 5. W – 1. H, yaitu what (apa), where (di mana), when (kapan), who (siapa), why (mengapa), - how (bagaimana)[7].
What (apa), kaitannya dengan pembahasan ini adalah materi dakwah yang akan disampaikan.
Where (di mana), menunjukkan lokasi yang akan dikirimi pesan dakwah tersebut.
when (kapan), mengindikasikan waktu pelaksanaan penyampaian pesan dakwah.
who (siapa), yaitu subjek yang akan menyampaikan pesan dakwah tersebut , atau bahasa yang biasa sering digunakan adalah siapa akan menjadi da`inya.
why (mengapa), pertanyaan ini akan mengungkap atau mendeskripsikan argumentasi atas pelaksanaan dakwah.
Sedangkan 1 H, yaitu how (bagaimana) adalah substansi dari pada dakwah sendiri, bagaimana supaya pesan dakwah tersebut bisa leanding kepada mad`u (penerima pesan).
- Pelaksanaan
Menempatkan semua anggota kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi.
- Pengawasan
Suatu proses untuk menentapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan sesuai dengan rencana semua.
C. Sample lembaga dakwah di Indonesia
Contoh di bawah ini adalah salah satu lembaga dakwah di Indonesia, hal ini ditampilkan untuk menjadi gambaran secara umum tentang manajemen dan komunikasi dalam dakwah.[8]
1. Nama organisasi : NU (Nahdhatul Ulama)
2. Tempat dan waktu didirikan : Surabaya tgl. 16 Rajab 1344 H. yang bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.
3. Aqidah dan asas : Islam, menganut faham ahlussunnah wal jamaah, dan berpengang teguh pada pancila.
4. Tujuan dan usaha : berlakunya ajaran Islam yang menganut faham ahlussunnah wal jamaah dan menurut salah satu dari mazhab empat untuk terjuwudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat. Sedangkan dalam ranah usaha NU bergerak di berbagai bidang yaitu : bidang agama, pendidikan, sosial, ekonomi dan bidang lain guna mewujudkan khaira ummah.
5. Struktur dan perangkat organisasi :
a. Struktur oranisasi NU terdiri dari
1). Pengurus besar
2). Pengurus wilayah
3). Pengurus cabang
4). Pengurus majelis wakil cabang
5). Pengurus ranting
b. Perangkat organisasi
Lembaga lajnah dan badan otonom yang merupakan bagian dari kesatuan organisasi Jam`iyah Nahdlatul Ulama.
6. Kepengurusan
Kepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri dari Mustasyar, Syuriyah & Tanfidziyah.
a. Mustasyar adalah penasehat yang terdapat di pengurus besar, pengurus wilayah, pengurus cabang/pengurus cabang istimewa, dan pengurus majelis wakil cabang.
b. Syuriah adalah pimpinan tertinggi nahdlatul ulama.
c. Tanfiziyah adalah pelaksana.
Tugas, wewenang kewajiban dan hak mustasyar, syuriyah dan tanfiziyah diatur dalam anggaran rumah tangga.
7. Keanggotaan nahdlatul ulama terdiri dari:
a. Anggota bisa, selanjutnya disebut anggota, ialah setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam, menganut faham ahlusunnah wal jamaah dan menurut salah satu mazhab empat. Sudah aqli baligh, menyetujui aqidah. Asas, tujuan, usaha-usaha serta sanggup melaksanakan semua keputusan Nahdlatul Ulama.
b. Anggota luar biasa, ialah setiap orang yang beragama Islam, menganut faham ahlussunnah wal jamaah dan menurut salah satu mazhab empat, sudah aqil baligh, menyetujui aqidah, asas, tujuan dan usaha-usaha Nahdlatul Ulama, namun yang bersangkutan berdomisili secara tetap di luar wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.
c. Anggota kehormatan, ialah setiap orang yang bukan anggota biasa atau anggota luar biasa yang dinyatakan telah berjasa kepada Nahdlatul Ulama dan ditetapkan dalam keputusan pengurus besar.
Menurut penulis organisasi ini lebih terkenal dengan strategi dakwah kultural ketimbang dakwah struktural, karena. Seperti yang disampaikan langsung oleh mantan ketua PBNU, yaitu Dr.KH. Hasyim Muzadi pada waktu pilpres pada tahun 2004 lalu yang bertempat di Ponpes Miftahul Ulum Banyuputih Kidul Jatiroto Lumajang.
Kalau kita lihat di AD (anggaran dasar) /ART (anggaran rumah tangga) di atas jelaslah bahwa yang menjadi dai di organisasi ini adalah mulai dari pengurus besar sampai kepengurus ranting.
Objek atau mad`u dari pada organisasi ini bisa dilihat pada keanggotaan organisasi sebagaimana paparan di atas.
Sedangkan madah/atau isi pesannya yaitu bisa dilihat pada tujuan serta usaha organisasi seperti keterangan di atas.
Selanjutnya, mengenai chanel untuk menyampaikan pesan kepada ma`dunya, organisasi ini seperti yang telah kita ketahui bahwa, bermacam media yang digunakan untuk penyampaian tersebut. Contoh dengan melalui televisi, majalah, buku, atau langsung terjun kelapangan baik dengan cara kelompok dan individual, dan media-media lainnya.
Kemudian tahap evaluasi kinerjan organisasi ini, pada setiap lima tahun sekali diadakan LPJ (laporan pertanggung jawaban) dari seluruh elemen kepengurusan atas program-program yang telah dilaksanakan.
D. Pedoman komunikasi yang baik
Pedoman ini hendaknya menjadi sebuah pertimbangan bagi sebuah organisasi untuk terealisasinya visi serta misi organisasi tersebut, yaitu dengan pertimbangan sebagai berikut: [9]
1. Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi
2. Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi
3. Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses manejemen mulai dari merencanakan sampai evaluasi
4. Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang disampaikan
5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi
6. Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi
E. Hambatan – hambatan terhadap komunikasi yang efektif
Hambatan ini setidaknya dua karakter yang sangat mendominasi keefetifan dalam komunikasi.[10]
1. Hambatan Organisasional yaitu tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan spesialisasi.
Tingkat khirarkhi bila suatu organisasi tumbuh, dan strukturnya berkembang, akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena pesan harus melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama barulah pesan itu sampai. Wewenang Manajerial artinya, kekaburan wewenang bagi setiap tingkatan pada jabatan tertentu akan membuat pesan tidak sampai ke seluruh bagian yang ada dalam organisasi tersebut.
Spesialisasi artinya adalah prinsip organisasi, tetapi juga menimbulkan masalah- masalah komunikasi, apalagi mereka yang berbeda keahlian bekerja saling berdekatan. Perbedaan fungsi dan kepentingan dan istilah-istilah dalam pekerjaan mereka masing dapat menghambat, dan membuat kesulitan dalam memahami, sehingga akan timbul salah pengertian dan sebagainya.
2. Hambatan-hambatan Antar Pribadi
Manejer selalu menghadapi bahwa pesan yang disampaikan akan berubah dan menyimpang dari maksud pertama. Manejer haruslah memperhatikan hambatan - hambatan antar pribadi seperti: Persepsi selektif, status atau kedudukan komunikator (Sumber), Keadaaan membela diri, Pendengaran lemah, dan ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa.
Persepsi selektif adalah suatu proses yang menyeluruh dengan mana seorang menseleksi, mengorganisasikan, dan mengartikan segala pesan yang ia terima. Persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing. Untuk itu diharapkan seorang manejer memahami sebanyak mungkin tentang kerangka pikir, keinginan, kebutuhan, motif, tujuan dan tingkat kecerdasan seluruh karyawannya, agar komunikasi dalam organisasi yang ia pimpin menjadi efektif.
Status Komunikator artinya hambatan utama komunikasi adalah kecendrungan untu menilai terutama kredibilitas sumber. Kredibilitas didasarkan keahlian seseoran dalam bidang yang ia komunikasikan dan tingkat kepercayaan seseorang bahwa komunikator dapat dipercayai.
Keadaan membela diri. Perasaan membela diri baik pada pengirim, maupun penerima pesan, menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi. Pendengaran lemah. Manejer harus belajar untuk mendengar secara efektif agar mampu mengatasi hambatan ini.
Ketidak tepatan dalam penggunaan bahasa. Salah satu kesalahan terbesar yang terjadi dalam proses komunikasi adalah salah dalam menggunakan bahasa. Sebagai contoh, perintah manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin” bisa berarti satu jam, satu hari atau satu minggu. Disamping itu bahasa nonverbal yang tidak konsisten seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya dapat menghambat komunikasi.
F. Kesimpulan
Peran manajemen komunikasi dalam mengobtimalkan dakwah, pada intinya bahwa hal ini merupakan infrastruktur untuk menyampaikan pesan dakwah tersebut kepada mad`u, dalam hal ini membutuhkan kerja sama seluruh komponen atau elemen organisasi tersebut. Maka dengan pertimbangan yang komprehensip serta holistik diharapkan pesan dalam dakwah tersebut bisa leanding kepada objek dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
AD/ART NU, NU online. Co.id. diakses 25, 12. 2010.
Dkk Kusnadi, Pengantar Manajemen Konseptual dan Perilaku, Malang : Unibraw. 1999.
Faizah, Effendi Lalu Muchsin, Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media. 2006.
Munir M. , Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta : Prenada Media. 2006.
MCLeod Raymond, Hendra Teguh, Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Popular. 1995.
P. Robbins Stephen, Perilaku Organisasi Versi bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo. 2001.
Posting Komentar