Minggu, 11 Desember 2011

Metode Dan Strategi Mengajar


Ditulis Oleh :
Ahmad Fauzan

A.   Pendahuluan
Pembahasan tentang proses pembelajaran, maka tidak akan lepas dari kontek belajar dan mengajar, belajar dan mengajar adalah salah satu kegiatan proses pembelajaran, yang mana mempunyai metode, model dan strategi masing-masing.
            Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini akan dibahas tentang mengajar, yang akan disertai metode, model, serta strategi mengajar. 

  Pembahasan
1.    Defini mengajar
Mengajar dalam kamus besar Indonesia ada dua pengertian, pertama adalah memberikan serta menjelaskan kepada orang tentang suatu ilmu atau Pelajaran. Kedua, bermakna melatih (Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 42)
            Menurut (Mursell, Nasution, 2006: 8 ) mengajar ialah mengorganisasi pelajaran kepada peserta didik. 
            Sedang menurut (Hamalik, 2004: 44) ada beberapa pengertian tentang mengajar seperti di bawah ini;
a.    Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah
b.    Mengajar ialah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah
c.    Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa
d.    Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid
e.    Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat
f.     Mengajar adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari
2.    Contoh mengajar
Sebagai pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu para siswa, bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika mereka berada di luar kelas, di perpustakaan, di laboratorium, dan sebagainya. Dalam hal menjadi guru perlu mengualitaskan (mewujudkan) kemampuannya dalam kegiatan sebagai berikut: 1) membimbing kegiatan belajar siswa, 2) membimbing pengalaman belajar para siswa.
            Membimbing kegiatan belajar siswa, khususnya ketika mengajar tidak hanya berarti ceramah do muka kelas saja, melainkan juga memberikan peluang seluaas-luasnya kepada siswa tersebut untuk melakukan aktifitas belajarnya. Contoh; jika para siswa sedang diajari menulis, maka para siswa itulah yang paling banyak mendapatkan peluang menulis, bukan guru. Tugas guru yang penting dalam hal ini adalah memberikan contoh dan dorongan parsuasif kepada siswa beserta menata lingkungan belajarnya, sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah.
            Dalam membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk menghubungkan mereka dengan lingkungannya. Hal ini penting karena dalam pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya itulah sesungguhnya siswa mengalami proses belajar. Dengan demikian, maka guru sepatutnya menjaga ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan komponen lingkungan pendidikan yang lain agar tetap dalam kondisi yang baik dana siap pakai.
            Selanjutnya selain membimbing dan mengajar, juga harus berarti membantu siswa agar berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajarnya. Alhasil, kegiatan mengajarkan sebuah materi pelajaran bukan semata-mata agar siswa menguasai pengetahuan/materi pelajaran tersebut lalu bisa naik kelas, melainkan agar ia memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dala kehidupan sehari-hari. (Syah, 2010: 181-182)
3.    Pandangan pokok mengenai mengajar
            Ada dau pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar. Aliran pertama menganggap mengajar sebagai “ilmu”, sedangkan aliran kedua menganggap mengajar sebagai “seni”.
a.    Mengajar sebagai ilmu.
Sebagian ahli memandang mengajar sebagai Ilmu. Oleh kerenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang tinggi dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas belajar.
Siapa pun, asal memiliki profesiensi dalam bidang I,mu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. Penguasaan seorang guru atas materi pelajaran bidang tugasnya adalah penting, tetapi yang lebih penting ialah penguasaan atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas mengajarnya.
Aliran pandangan yang menganggap mengajar sebagai ilmu dapat menimbulkan konotasi bahwa seseoranag yang dikehendaki menjadi guru, misalnya oleh orang tuanya sendiri, akan dapat menjadi guru yang baik asal ia dididik di sekolah atau fakultas keguruan.
Dari uraian di atas jelas bahwa aliran yang memandang mengajar sebagai ilmu itu diilhami oleh teori perkembangan klasik yang disebut empirisme yang dipelopori oleh Jhon Locke. Menurut teori ini pembawaan dan bakat yang diturunkan oleh ornag tua tidak berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan sesorang, sebab pada dasarnyaa manusia lahir dalam keadaan kosong (Syah, 2010: 183).
b.    Mengajar sebagai seni.
Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni, bukan ilmu. Oleh karenanya tidak semua orang berilmu bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
Sebagai contoh, seorang pakar yang “mumpuni” dalam sebuah bidang studi umpamanya bidang agama dan bahkan  telah memiliki pengetahuan keguruan yan cukup, belum tentu mahir mengajar agama kepada orang lain. Dalam kenyataan sehari-hari terkadang kita saksikan seorang guru agama atau bahkan seorang yang berpredikat ulama sama sekali tidak menarik dan cenderung membosankan ketika ia berceramah atau berdiskusi mengenai masalah keagamaan.
Berdasarkan kenyataan yang ada, seperti contoh yang ada, maka cukup kuatlah eksistensi aliran yang memandang bahwa mengajar adalah seni, dan kecakapan mengajar  yang notabene artistik itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang memang berbakat, sedangkan bakat itu merupakan suatu pembawaan yang tidak bisa dipelajari (Syah, 2010: 184).  Aliran pandangan ini sama dengan aliran nativisme yang dipelopori oleh Arthur Schopenhauer, yang berpendapat bahwa manusia sudah mempunyai bawaan sejak lahir.
4.    Model dan Metode pokok Mengajar

Adapun model dan metode pokok mengajar adalah sebagai berikut: (www.http/psikologi/MENGJAR/Model dan Metode pokok Mengajar.htm).


a. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
Model mengajar  jenis ini berorientasi pada kecakapan siswa dalam memproses   informasi  dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasi informasi. Model mengajar jenis ini bertujuan agar ranah cipta siswa dapat berfungsi dan berkembang seoptimal mungkin.
b. Model personal (pengembangan pribadi)
Rumpun model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Diharapkan dengan menggunakan model ini dapat menolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Siswa sebagai peaerta didik juga dapat menyadari dirinya sebagai seorang pribadi yang berkecakapan (capable) cukup untuk berinteraksi dengan pihak luar sehingga tercipta pola hubungan inter-personal yang kondusif.
c. Model sosial (hubungan bermasyarakat)
Model social adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan peda proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactife model (model yang bersifat hubungan antar individu). Aplikasi model social diprioritaskan untik mengembangkan kecakapan individu siswa dalam berhubungan dengan orang lain atau masyarakat.
d. Model behaviorial (pengembangan perilaku)
Rumpun model mengajar pengembangan perilaku direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar. Aktifitas mengajar, menurut teori ini, harus ditujukan pada perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Rumpun model mengajar behavorial banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap perilaku siswa adalah fenomena yang dapat diobservasi, diukur, dan dijabarkan dalam bentuk perilaku-perilaku khusus. Perilaku khusus inilah yang menjadi tujuan belajar siswa.
Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tardif, 1989).
Terdapat empat macam metode mengajar yang banyak digunakan pada setiap jenjang pendidikan formal:
a.    Metode ceramah
Yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Metode ini juga dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa.
b.    Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving).Tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam (reflektife thinking).
c.Metode demonstarasi
Demonstrasi dalam penyajian informasi dapat diartikan sebagai peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan proses melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.
d.    Metode ceramah plus
Metode ceramah plus dapat terdiri atas banyak metode campuran, diantaranya:
1). Metode ceramah plus tanaya jawab dan tugas (CPTT).
2). Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT).
3). Metode ceramah plus demonstrasi dan laihan (CPDL).
5.    Strategi dan tahapan mengajar
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tindak lanjut. Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pengajaran.

Secara harfiah, kata strategi dapat diartikan sebagai seni melaksanakan stratagem yakni rencana atau siasat. Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa yunani itu mempunyai arti rencana tindakan yang terdiri atas sepernagkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.
Berdasarkan arti tersebut, maka strategi mengajar (teaching strategy) dapat didefinisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

a. Strategi mengajar SPELT
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran modern terdapat cukup banyak strategi yang khusus dirancang untuk mengajar dengan materi tertentu hingga mencapai kecakapan yang diinginkan. Di antara strategi itu terdapat sebuah strategi mengajar berdasarkan strategi kognitif yang relative masih aktual. Strategi ini bernama Strategy Program for Effective Learning or Teaching disingkat SPELT. Program SPELT ini dirancang dan diuji cobakan oleh Robert F. Mulcahy, seorang guru besar yang mengepalai The Cognitive Education Project pada jurusan Psikologi Pendidikan, Unversitas Alberta.


Secara eksplisit tujuan strategi ini ialah membuat siswa menjadi:
1).  Penuntut ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pemecah terhadap masalah.
2). Penuntut ilmu yang mandiri, memiliki recana dan strategi sendiri dalam mendekati belajar.
3). Pelajar yang sadar akan kemampuan pengendalian proses berpikirnya sendiri.
Dalam melaksanakan strategi ini, guru perlu mengikuti tiga macam langkah panjang dan terpisah dalam arti mengambil waktu yang berbada tapi berurutan, yakni:

a).Direct strategi instruction (pengajaran dengan strategi langsung).
b). Teaching for transfer (mengajar untuk mentransfer strategi).
c). Generating elaborative strategies (pembangkitan strategi belajar siswa yang luas dan terperinci (Syah, 2010: 212).














Pembangkitan strategi siswa
Tujuannya agar siswa:
a. Membantu, menilai dan mengembangkan sendiri strategi yang efisien untuk meningkatkan kualitas belajar.
2. Terlibat secara aktif dalam proses belajarnya sendiri.
 


 













b. Tahap Prainstruksional

Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini: (www.http.Tahapan dalam Proses Belajar Mengajar « Great165′s Blog.htm)

1)    Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa, atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri dan lain-lain). 
2)    Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
3)    Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan. 
4)    Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
5)    Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa. Tujuan tahapan ini adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa. 

c. Tahap Instruksional

Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut.
1)    Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
2)    Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
3)    Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni: (a) pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus, (b) dimulai dari topik khusus menuju topik umum. 
4)    Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
5)    Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
6)    Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
d. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional).

Ketiga tahap yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Di sinilah letak keterampilan profesional dari seorang guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian di atas secara teoretis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.


DAFTAR PUSTAKA

Syah Muhibbi, 2010, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, PT Remaja Rosdaka: Bandung.  
Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:
(Mursell, Nasution, 2006: 8 )
(Hamalik, 2004: 44)
(www.http/psikologi/MENGJAR/Model dan Metode pokok Mengajar.htm).

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

FKM-MU BAKID ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO