Senin, 21 Maret 2011

Metode Muqarin Dalam Menafsirkan Al-Qur'an

BAB I
Pendahuluan

Alhamdulillah, berkat hidayah dan inayah Allah SWT Yang Maha Pengasih tak pilih kasih dan Maha Penyayang tak pandang orang, penyusunan makalah ini bisa diselesaikan.

Seiring dengan itu, shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat dan pengikut beliau yang setia dalam mengembangkan dan menjalankan syariat Islam diantara ummat manusia.

BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Tafsir Muqarin

Pengertian tafsir menurut istilah ada berbagai pendapat para ulama, namun pada prinsipnya sama yakni saling melengkapi, sehingga dapat di simpulkan menjadi dua:

1. Tafsir dalam arti sempit adalah menerangkan lafadz-lafadz ayat dan I’rabnya serta serta menerangkan segi-segi sastra susunan al-Qur’an dan isyarat-isyarat ilmiahnya.

2. Tafsir dalam arti luas ialah menjelaskan petunjuk-petunjuk al-Qur’an dan ajaran-ajaran hukum-hukum dan hikmah Allah didalam mensyariatkan hukum-hukum kepada umat manusia dengan cara yang menarik hati,membuka jiwa, dan mendorong orang untuk mengikuti petunjuk-Nya. 

Sedangkan metode tafsir muqarin sendiri adalah suatu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara membandingkan ayat Al-Qur’an yang satu dengan yang lainnya, yaitu ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua atau lebih kasus yang berbeda, dan atau yang memiliki redaksi yang berbeda untuk masalah yang sama dan atau membandingkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadis-hadis Nabi yang tampak bertentangan serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran Al-Qur’an kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat itu dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecendrungan-kecendrungan masing-masing. Kemudian menjelaskan siapa diantara mereka yang penafsirannya dipengaruhi oleh perbedaan madzhab, dan siapa diantara mereka yang penafsirannya ditujukan untuk mendukung aliran tertentu dalam Islam di mana metode Muqarin ini menurut Ridlwan Nasir ditinjau dari segi cara penjelasannya terhadap tafsiran ayat-ayat Al-Qur’an. 

Sedangkan menurut Al Farmawi, adalah membandingkan ayat dengan ayat yang berbicara masalah sama, ayat dengan hadits dengan menonjolkan segi-segi perbedaannya atau menafsirkan Al-Qur’an dengan cara membandingkan pendapat dari kalangan ahli tafsir mengenai sejumlah ayat Al-Qur’an, kemudian mengkaji penafsiran sejumlah penafsir melalui kitab-kitab tafsir mereka. 

Menurut pendapat Prof. Dr. H. M. Ridlwan Nasir, MA Tafsir muqarin dapat juga dengan membandingkan satu kitab tafsir dengan kitab tafsir lainnya yakni mengkaji biografi mufassir yang diperbandingkan dan sistematika serta metode yang ditempuhnya berikut kecendrungan mereka dalam menafsirkan Al-Qur’an. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tafsir muqarin, dapat ditempuh dengan tiga alternatif, yaitu:

1. Membandingkan antara sebagian ayat-ayat Al-Qur’an dengan sebagian lainnya,
dan langkah-langkahnya sebagai berikut:

• Menginventarisir ayat-ayat yang mempunyai kesamaan atau kemiripan redaksi.
• Meneliti kasus yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut.
• Mengadakan penafsiran

2. Membandingkan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan kepada yang ditulis para mufassir dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:

• Memilih sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an
• Menentukan sejumlah mufassir yang akan di komparasikan pendapat-pendapat mereka tentang ayat-ayat tersebut
• Meneliti pendapat para mufassir tersebut dari kitab-kitab mereka
• Membandingkan kecenderungan-kecenderungan setiap mufassir dalam menerapkan metode penafsirannya.

3. Membandingkan antara satu kitab tafsir dengan kitab tafsir lainnya dari berbagai segi yang meliputi:

• Penyajian fakta yang terdiri dari biografi, latar belakang penyusunan dan karya-karyanya, kecenderungan dan dan alirannya, metode dan sistematika serta sumber tafsirnya
• Evaluasi segi-segi kesamaan dan perbedaannya.

B. Contoh aplikasinya

Perbandingan ayat-ayat Al-Qur’an yang mirip secara redaksional:

وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم)الأنفال:10)

وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (ال عمران: 126)

Dua ayat tersebut redaksinya kelihatan mirip, bahkan sama-sama menjelaskan pertolongan Allah kepada kaum muslimin ketika melawan musuh-musuhnya, namun berbeda pada hal-hal berikut. Surat al-Anfal (1) mendahulukan kataبه dari pada قلوبكم(2) memakai kata ان(3) berbicara mengenai perang badar. Surat Ali Imran: (1) memakai kata لكم (2) berbicara tentang perang uhud

Keterdahuluan kata به dan penambahan kata ان dalam ayat pertama diduga keras sebagai tauhid terhadap kandungan utama ayat, yakni bantuan dari Allah pada perang badar, mengingat perang itu yang pertama dan jumlah kaum muslimin sedikit, sedangkan dalam perang uhud tauhid itu tidak diperlukan, sebab pengalaman perang itu sudah ada dan umat islam sudah banyak dan pemakaian kata disini menandakan kegembiraan itu hanya bagi sahabat buka kegembiraan abadi seperti kasus ayat petama. 

Bila ditinjau dari sisi kemiripan redaksionalnya antara ayat-ayat Al-Qur’an, maka terdapat 8 (delapan) kasus :

a) Struktur kalimat yang berlawanan
Dalam surat al-Baqarah ayat 58:
وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ
Dan dalam surat Al A’raf ayat 161:
وَقُولُوا حِطَّةٌ وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا

b) Penambahan dan pengurangan
Dalam surat Al-Baqarah ayat 57:
وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Dan dalam surat Ali Imran ayat 117:
وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

c) Mendahulukan dan mengakhirkan
Dalam surat Al Baqarah ayat 129:
يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ
dan dala surat Al Jum’ah ayat 2:
يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ

d) Ta’rif dan tankir
Dalam surat Al Baqarah ayat 126:
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا
dan dalam surat Ibrahim ayat 35:
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا

e) Jama’ dan tunggal
Dalam surat Al Baqarah ayat 80:
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَة
Dan dalam surat Ali Imron ayat 24:
قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ

f) Penggantian huruf dengan huruf lain
Dalam surat Al Baqarah ayat 35:
اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا
Dan dalam surat Al A’raf ayat 19:
اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا

g) Penggantian kata dengan kata lain
Dalam surat Ali Imran ayat 47:
قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ
Dan dalam surat Maryam ayat 20:
قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ
h) Idgham dan tanpa idgham
Dalam surat Al Nisa’ ayat 115:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ
Dan dalam surat Al Hasyr ayat 4:
وَمَنْ يُشَاقِّ اللَّهَ

Untuk contoh alternatif yang ketiga adalah perbandingan antara kitab Tafsir Fi Dhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb dengan Tafsir Al Kasysyaf karya Az Zamakhsyari sebagaiman yang pernah dilakukan oleh Prof. Dr. H. M. Ridlwan Nasir dimana beliau berkesimpulan sebagai berikut:

  • Bila ditinjau dari segi sumber penafsirannya, maka Tafsir Fi Dhilalil Qur’an termasuk Tafsir Bi al-Iqtirani, sedangkan Tafsir Al Kasysyaf termasuk Tafsir Bil Ra’yi
  • Bila ditinjau dari segi cara penjelasannya, maka kedua tafsir tersebut termasuk Tafsir muqarin
  • Bila ditinjau dari segi keluasan tafsirnya, maka kedua tafsir tersebut termasuk tafsir bil Ithnabi
  • Bila ditinjau dari segi sasaran dan tertib ayat yang ditafsirkan, maka kedua tafsir tersebut termasuk kedalam tafsir Tahlily
Daftar Pustaka

Abdu al-Hay al-Farmawi, Al Bidayah fi al-Tafsir al Maudlu’I, Mesir: t.p, 1977
Az Zarkasyi, Al Burhan Fi Ulumil Qur’an, Mesir: Isa al Halabi wa Syurakauhu
NATA, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2003
Ridlwan Nasir, Memahami Al-Qur’an perspektif Baru Metodogi Tafsir Muqarin,Surabaya:Indra Media,2003

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

FKM-MU BAKID ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO